Merubah Stigma Negatif Sepakbola Lokal

NGOPO DELOK BALBALAN NING STADION, NDESO”

“Jangan pergi ke stadion nak, nanti kalau kalah ribut, banyak yang mabuk, dan berbagai pengaruh buruk” 

“Ah balbalan Indonesia i elek maine ra genah!”

Bicara stigma, kita bicara fakta yang telah terjadi di berbagai fenomena kejadian yang kemudian di narasikan sebagai kesimpulan. Sepakbola lokal dan suporternya di Indonesia telah banyak makan asam garam kekerasan. Dahulu kala segala bentuk simbol kekerasan hampir selalu muncul setiap tim lokal kebanggaan bertanding. Hal itulah yang memberikan kesimpulan bahwa sepakbola lokal itu negatif.

Mau di sebutkan? Oke, tarikan suara knalpot yang dimainkan disepanjang jalan menuju stadion, seakan akan kita menguasai jalanan umum, dari sisi material bekal-bekal yang sama sekali tak linier dengan visi misi suporter (baca: batu, petasan, dsb), gagasan untuk berada di tribun seringkali melenceng misalkan mau disebut suporter kok malah sibuk nyinyir kondisi tim lain dengan kata-kata kasar, mana suara lantangmu untuk tim kebanggaan??? hmmm kata-kata kasar terkadang muncul seperti merasa bahwa seisi tribun itu hanyalah sebaya, mengedukasi dengan menjaga lisan kepada lapisan suporter lain yg sedang menikmati bola lokal seperti wanita, anak, dan orang tua itu penting.

Jangan samakan dengan budaya luar dengan umpatan kasarnya, disini, kita junjung tinggi nilai-nilai kesopanan warga surakarta khususnya. Berbagai sebab itulah yang mengkonstruksi pola pikir masyarakat awam seperti mendiskreditkan bahwa suporter sepakbola lokal itu mengarah ke ranah marjinal karena telah banyak hal negatif yang telah membudaya. *sad* *crying*

Ingat kawan, stadion tak akan terisi penuh bila tak ada dukungan dari tiap lapisan generasi. 

Masih banyak anak yang tak boleh pergi ke stadion karena stigma kekerasan, masih banyak remaja yang malu karena menjadi suporter lokal seakan merubah citra diri menjadi marjinal, masih banyak kaum hawayang seharusnya bisa mengendalikan emosi di tribun memilih tuk menghindari menikmati si kulit bundar, masih banyak juga para orang tuayang merasa jenuh dengan tujuan menonton sepakbola lokal. 

Maka dari itu, mari hilangkan stigma negatif suporter lokal di mata masyarakat awam sepakbola bahwa suporter lokal itu tertib, kreatif dan edukatif! Hilangkan kekerasan, kurangi ego kekuasaan, sadari kesalahan! 

Dewasa ini, cita itu muncul dengan banyaknya sub golongan suporter lokal yang adu kreatifitas. Jangan skeptis, ambil sisi positifnya untuk saling menyadari dan mengingatkan gagasan utama menjadi suporter sepakbola lokal itu apa, ya apa lagi kalau bukan menikmati sepakbola secara langsung dan dengan misi utama…

MENGHANCURKAN STIGMA NEGATIF SUPORTER LOKAL !

Penulis : barenndparahita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *